Gambar oleh Razvan Chisu (Unsplash) |
Di usia 27 tahun, Firman masih menghadapi kenyataan pahit tanpa pekerjaan dan kepercayaan diri yang kian memudar.
Pagi-pagi ia membuka website lowongan kerja dengan harapan tinggi, menghabiskan waktu berjam-jam scrolling daftar lowongan, lalu mengirimkan beberapa lamaran yang sebenarnya tidak terlalu ia yakini.
Menjelang siang, gairah itu mengendur. Begitu malam menyapa, keraguan pun menghantui. Ia mencoba meyakinkan diri bahwa usahanya sudah cukup, tapi jauh di dasar hatinya, Firman merasakan stagnansi alih-alih kemajuan.
Bukan berarti Firman malas. Ia sungguh ingin bekerja, bertumbuh, dan merasakan kembali arti kebermanfaatan diri. Namun setiap upaya untuk maju seakan tak membuahkan hasil, dan penolakan demi penolakan perlahan melunturkan fokusnya.
Kini, ia bertanya-tanya. Apakah selama ini ia keliru melangkah? Atau barangkali, sejak awal ia terperangkap dalam cara berpikir yang salah?
Anda juga tengah terjebak dalam kebuntuan yang sama? Untuk bangkit dari pengangguran, yang sering luput disadari oleh pencari kerja adalah bahwa kemajuan tidak tercipta dari sekadar menambah aktivitas.
Kemajuan hanya akan hadir ketika kita melakukan hal yang benar dengan maksud yang jelas.
Bahwa inti dari perubahan bukan pada sibuknya tindakan, melainkan keselarasan. Keselarasan antara pikiran, perbuatan, dan kehidupan yang ingin kita wujudkan.
Tulisan ini akan mengajak Anda belajar bagaimana Firman dan Anda sama-sama bisa bertransformasi. Dari pergulatan tanpa arah menuju kesuksesan yang penuh makna. Bukan dengan motivasi yang mengawang, tetapi lewat langkah-langkah bangkit dari keterpurukan yang jelas dan aplikatif.
Table of Contents[Hide]
Perjelas Tujuan
Kesalahan paling fatal yang acap kali dilakukan oleh mereka yang tengah menganggur adalah terburu-buru mencari pekerjaan. Padahal, orang-orang ini belum memiliki kejelasan mengenai apa yang sebenarnya mereka cari.
Firman pun tak luput dari kesalahan ini. Ia mengirim lamaran ke mana-mana, seolah berharap keajaiban akan datang dari sembarang arah.
Tindakan itu tampak benar di permukaan. Namun, tanpa disadari, Firman justru tengah menyia-nyiakan waktu, energi, dan harapan demi mengejar posisi yang sejatinya tak cocok dengan dirinya, apalagi dengan panggilan hatinya.
Kenyataannya, bila arah tujuan Anda kabur, maka sebesar apa pun jerih payah Anda takkan pernah mengantarkan Anda ke sana.
Jadi, Anda harus berhenti mengirim lamaran secara serampangan dan mulai berpikir dengan jernih.
Jangan hanya berkata, “Aku butuh pekerjaan.” Semua orang juga sama.
Tapi pertanyaannya adalah pekerjaan macam apa? Kehidupan seperti apa yang Anda harapkan dari pekerjaan tersebut? Ajukan pertanyaan-pertanyaan ini pada diri Anda sendiri.
Mungkin keadaan Anda sekarang terlalu tak menentu untuk berani bermimpi besar. Meski begitu, tetaplah bermimpi. Bukan karena mimpi mampu menyelesaikan segalanya. Melainkan semata-mata karena arah yang jelas akan menuntun arah dari setiap usaha Anda.
Bila Anda tidak menetapkan sasaran, Anda pun tak akan pernah mengenainya. Menganggur bukanlah akar persoalannya. Masalahnya terletak pada absennya fokus.
Ambil buku catatan atau buka dokumen kosong di layar Anda. Tuliskan, sedetail mungkin, seperti apa pekerjaan dan kehidupan yang Anda dambakan. Biarkan impian Anda bernada ambisius. Biarkan pula terasa agar mustahil dicapai. Itu tak menjadi soal.
Anda tak harus berkomitmen pada tujuan ini sepanjang hayat. Namun dengan merumuskannya, Anda berhenti menjadi korban dari keadaan, dan mulai bertindak dengan maksud yang jelas.
Manfaatkan Waktu untuk Beraksi dengan Penuh Fokus
Setelah Firman menuliskan apa yang benar-benar ia inginkan, ia mendapati satu kenyataan yang menggugah ketidaknyamanan. Hampir semua yang ia lakukan selama ini ternyata tidak sungguh-sungguh membawa dirinya lebih dekat pada tujuan itu. Ia larut dalam kesibukan, namun jauh dari kata efektif.
Menghabiskan waktu berjam-jam untuk scrolling daftar lowongan.
Merombak CV berulang kali.
Membaca berbagai nasihat karier yang tak pernah ia praktikkan.
Menonton video berjudul “cara cepat bangkit dari keterpurukan.”
Semua itu tampak seolah produktif. Padahal, itu hanyalah topeng yang menyembunyikan keragu-raguan dan rasa takut.
Kenyataan pahitnya adalah, kita bisa tenggelam dalam kesibukan kita seharian penuh, namun tetap berjalan di tempat. Kesibukan bukanlah jaminan adanya kemajuan.
Jika kita ingin mengubah keadaan, kita harus memangkas jumlah hal yang kita kerjakan. Kemudian, sempurnakan cara kita melakukannya.
- Jangan sekadar melamar 20 pekerjaan. ➡️ Gali informasi tentang 3 perusahaan idaman Anda dan rancang pendekatan spesifik untuk masing-masing.
- Jangan semata-mata merombak CV. ➡️ Sesuaikan dengan jenis peran yang sungguh Anda incar.
- Jangan hanya belajar skill baru. ➡️ Pilih satu yang sejalan dengan visi jangka panjang Anda, dan tekuni.
Dan di sinilah kebanyakan orang keliru. Mereka mencoba menjalankan semuanya sambil multitasking, setengah terganggu, sembari sesekali melirik layar HP.
Tetapi jika kita benar-benar menginginkan hasil, maka setiap tugas (betapa pun remehnya) harus diperlakukan sebagai batu bata yang menopang pondasi masa depan yang sedang kita bangun.
Maka, tantangan yang menanti Anda adalah: Nilai hari Anda bukan berdasarkan kuantitas aktivitas yang diselesaikan, tetapi berdasarkan sejauh mana tindakan-tindakan itu memiliki arti dan dampak nyata.
Berpikir Terbuka, Bukan Tertutup
Firman awalnya tak menyadari bahwa selama ini mindset-nya telah merongrong dirinya dari dalam.
Setiap kali mengirim lamaran pekerjaan, ada suara dalam benaknya yang berbisik, “Pasti aku tak akan mendapat balasan.”
Ketika menyaksikan pencapaian orang lain di LinkedIn, ia berpikir, “Betapa beruntungnya. Kalau saja aku juga punya latar belakang seperti itu.”
Bahkan saat berusaha mempertahankan sikap positif, keraguan tak henti-hentinya berdengung, “Apa jadinya kalau aku selamanya menganggur?”
Inilah kesalahan lain yang masih dilakoni job seeker. Bukan lantaran mereka kurang berusaha, tetapi karena pikirannya sendiri yang justru menghambat usaha mereka.
Kita perlu menyadari bahwa membangun kehidupan baru mustahil dilakukan dengan mindset yang sama yang sudah menjerat kita dalam keterpurukan.
— Albert Einstein
Manakala kita mengadopsi pola pikir tertutup (seperti kekurangan yang kita miliki, ketakutan yang menggelayuti, atau kegagalan yang terus dialami), kita cenderung mengambil langkah kecil. Penuh keragu-raguan. Kurang totalitas.
Kita memilih bermain aman alih-alih berjuang untuk menang. Dan konsekuensinya akan terlihat dari hasil yang kita raih.
Sementara itu, bila kita berpikir terbuka, segalanya akan berubah. Semua diawali dari sebuah pilihan.
Pilihan untuk percaya bahwa masa depan yang diinginkan adalah mungkin, walaupun belum jelas jalannya.
Pilihan untuk bertindak sebagai pribadi yang bergerak maju, bukan sebagai mereka yang senantiasa bertopang dagu.
Pilihan untuk fokus pada apa yang bisa dikerjakan hari ini, bukan terpaku pada kekurangan yang dimiliki.
Alih-alih melabelinya sebagai toxic positivity, sesungguhnya ini adalah bentuk disiplin diri yang terencana. Sebab ketika keyakinan bahwa hal baik akan menghampiri tertanam dalam diri, cara kita menjalankan tindakan pun berubah.
Kita menuntut ilmu dengan niat yang lebih terfokus. Kita menyikapi penolakan dengan ketabahan yang lebih besar.
Jelas, dibutuhkan kerja keras. Kita mesti berkali-kali memfokuskan pikiran, khususnya saat keraguan mulai menyelinap.
Tetapi lambat laun, mindset kita akan menjadi sumber energi, bukan beban yang menahan langkah.
Selalu Bersyukur dan Bijaksana
Setelah berminggu-minggu mencoba semua cara bangkit dari keterpurukan ekonomi, Firman belum juga melihat progress berarti. Belum ada satu pun tawaran pekerjaan yang mendarat. Belum pula terjadi perubahan hidup yang nyata.
Hingga pada suatu pagi, ketika sedang mencuci piring selepas sarapan, momok itu datang kembali, “Apa sebenarnya tujuan hidupku ini?”
Justru di momen-momen biasa ini (misalnya saat melipat pakaian, mengirim lamaran kerja lagi, atau mengikuti training online), sebagian besar orang menyerah.
Tidak dengan suara lantang, tidak sekaligus. Tetapi secara perlahan, dengan menganggap enteng setiap tindakan kecil yang mereka lakukan.
Tahukah Anda? Bahwa sejatinya tidak ada yang sia-sia, kecuali kita memilih untuk menganggapnya demikian.
Oleh karena itu, setiap tindakan yang Anda jalani, sekecil apa pun, sesungguhnya sedang membentuk siapa diri Anda kelak.
Karenanya tidak cukup “melakukan hal yang benar”. Anda harus melakukannya dengan semangat yang benar pula.
Sewaktu Anda menulis surat lamaran, jangan tergesa-gesa. Perlakukan itu sebagai sebuah presentasi pribadi untuk masa depan Anda.
Ketika belajar skill baru, hindari multitasking. Tunjukkan keseriusan Anda, sebab memang hal itu penting adanya.
Yang tak kalah penting, Anda wajib mengasah rasa syukur. Sebab rasa syukur mengajarkan pikiran agar berhenti memusatkan perhatian pada kekurangan dan mulai menyadari hal-hal yang berjalan dengan lancar.
Mulailah dari yang sederhana.
Sebelum beranjak tidur, catat tiga hal yang telah Anda lakukan dengan benar hari itu, sekecil apapun.
Bisa berupa lamaran pekerjaan yang Anda ajukan.
Tumpukan piring kotor yang Anda cuci.
Atau detik ketika Anda berhasil menahan diri sebelum tenggelam dalam keraguan.
Progress tak pernah berteriak keras. Ia hanya berbisik pelan. Dan bila Anda lalai memperhatikan, kesempatan itu akan hilang tanpa jejak.
Segera Mulai Sekarang Juga
Andai Firman menunggu kondisi yang sempurna untuk memulai, besar kemungkinan ia masih tertahan di titik awal. Bisa jadi ia menanti mood yang pas, jaminan kerbehasilan, atau laptop yang lebih mumpuni.
Yang benar adalah, kegagalan kita bukan karena kita tak cakap. Melainkan karena kita terlalu lama menunggu.
Menunggu dorongan dari dalam.
Menunggu kepastian yang tak kunjung tiba.
Kita menunggu sampai rasa takut sirna, sampai waktu terasa pas, sampai seseorang memberi petunjuk bagaimana caranya bangkit dari pengangguran.
“Waktu yang pas”? Itu cuma mitos belaka!
Anda tidak akan pernah merasa benar-benar siap. Keadaan tidak akan pernah sepenuhnya ideal. Dan tak ada yang akan datang membangunkan Anda lalu berkata bahwa inilah saatnya.
Maka biarkan detik ini menjadi jawabannya. Mulailah dari sini, dengan apa adanya, di mana pun Anda berdiri.
Walau ruangan belum rapi. Walau belum terkumpul kepercayaan diri. Walau langkah pertama terasa ringkih dan belum tentu pasti.
Buka laptop Anda dan lamar pekerjaan yang selama ini Anda hindari.
Tonton selama 30 menit kursus yang mengasah skill yang Anda sadari Anda perlukan.
Hubungi seseorang yang berkecimpung di bidang yang sama. Tanyakan sesuatu. Bukalah ruang obrolan.
Duduk tenang, dan tuliskan kembali tujuan-tujuan Anda. Kali ini dengan keberanian yang lebih bulat.
Tindakan membangkitkan momentum. Momentum menyalakan kepercayaan diri. Dan kepercayaan diri? Dialah yang mengubah arah hidup manusia.
Karena itu, jangan keliru mengira bahwa Anda harus memiliki peta lengkap sebelum melangkah. Yang Anda perlukan hanyalah satu langkah pertama, oke? Dan, tentu saja, tekad untuk mengambil langkah itu dengan sepenuh hati.
Firman tidak langsung mendapatkan pekerjaan impiannya dalam seminggu. Ia juga tidak mendadak viral di LinkedIn atau menemukan jalan pintas menuju keberhasilan instan.
Tapi ia melakukan sesuatu yang jauh lebih bermakna: ia tidak lagi tersesat dan mulai membangun pondasi.
Kini, setelah berbulan-bulan, Firman bukan sekadar kembali bekerja. Ia menjadi lebih fokus, lebih percaya diri, dan terus bertumbuh. Sebab kebiasaan-kebiasaan yang ia tanam ketika melalui masa-masa terberat tidak hanya menolongnya melewati badai... tetapi turut membentuk siapa dirinya yang baru.
Bila saat ini Anda berada di posisi yang dahulu pernah ditempati Firman, sadarlah bahwa Anda belum terlambat. Anda tidak akan selamanya diam di tempat.
Tetapi perubahan yang Anda dambakan? Itu baru terjadi ketika Anda berhenti menunggu dan mulai bergerak dengan kesadaran penuh.
Mulailah sekarang. Firman sudah membuktikannya. Dan Anda juga pasti bisa.
Apa yang harus dilakukan agar tidak stres saat menganggur?
Awali dengan menemukan kembali arah hidup Anda. Stres kerap berakar dari ketidakpastian dan ketidakberdayaan.
Oleh karena itu, selalu pahami betul jenis pekerjaan yang sungguh Anda inginkan. Setelah itu, arahkan energi Anda pada hal bermakna setiap harinya dengan sepenuh perhatian.
Sekalipun hal-hal sederhana seperti menyusun ulang CV, mempelajari skill baru, atau berjalan kaki dapat membantu meredakan kegelisahan.
Bagaimana cara tetap semangat saat menganggur?
Motivasi lahir dari gerakan, bukan sebaliknya. Maka, jangan biarkan diri terbelenggu menanti ilham.
Ambil tindakan-tindakan kecil yang terarah menuju tujuan Anda. Setiap gerakan akan melahirkan momentum, dan momentum itulah yang menumbuhkan motivasi.
Yang terpenting, biasakan bersyukur dan apresiasi pencapaian-pencapaian kecil demi menjaga bara semangat tetap menyala, khususnya di hari-hari sulit.
Bagaimana membangun rasa percaya diri setelah lama menganggur?
Kepercayaan diri bukan sesuatu yang datang dengan sendirinya. Ia bukan untuk ditunggu, melainkan dibentuk. Dan Anda membentuknya dengan terus berusaha, meski tak ada mata yang memperhatikan.
Kerjakan setiap tugas dengan kesungguhan. Setiap kali Anda menyelesaikan sesuatu, sejatinya Anda sedang meyakinkan diri bahwa Anda mampu.
Seiring waktu, rangkaian tindakan kecil itu memulihkan rasa hormat terhadap diri sendiri, dan dari sanalah rasa percaya diri akan tumbuh dengan sendirinya.
Apa langkah pertama untuk bangkit dari pengangguran?
Hentikan kebiasaan melamar pekerjaan secara membabi buta. Langkah pertama yang mesti dilakukan adalah memahami dengan jelas jenis pekerjaan dan kehidupan seperti apa yang benar-benar Anda inginkan.
Tuliskan. Perjelas secara rinci. Inilah yang akan memberi arah pada upaya Anda.
Kemudian, fokuslah pada satu tindakan dan kerjakan dengan sepenuh hati. Tidak perlu membebani diri dengan 20 langkah sekaligus. Cukup satu langkah yang berarti hari ini. Lalu satu lagi esok. Begitulah momentum tercipta.
Doa atau amalan apa yang bisa membantu saat sulit mendapat kerja?
Biasakanlah membuka dan menutup hari dengan doa yang menyelaraskan pikiran dengan harapan dan tujuan Anda. Contohnya:
Ya Allah, tuntunlah aku kepada pekerjaan yang sejalan dengan panggilan hidupku. Limpahkanlah kesabaran, kejernihan hati, dan kekuatan kepadaku hari ini.
Iringi doa tersebut dengan ikhtiar setiap hari. Iman menyimpan kekuatan dahsyat, apalagi bila berpadu dengan ketegasan niat dan tindakan yang tak henti dijalankan.
Sumber:
No comments:
Post a Comment